Halaman

Jumat, 05 November 2010

Juara 2 Lomba Da’I Cilik FEM IPB

27 Oktober 2010
Oleh: Robi Rizkianto

Pada tanggal 17 Oktober 2010, seorang anak didik teman-teman dan saya sedang mengikuti perlombaan lomba pemilihan da’I cilik hasil penyisihan seminggu sebelumnya. Halimatussa’diyah, yang biasa dipanggil diah, dengan badan yang menggigil kedinginan karena sakit yang dideritanya sedang bersiap-siap “unjuk gigi” kemampuannya. Wajahnya kali ini tampak pucat dan lebih banyak termenung. Saya melihat kondisinya berbeda dari biasanya yang selalu aktif dan menunjukkan tatapan matanya yang tajam, penuh dengan nuansa semangat dan optimis yang kuat.

Sebelum tampil, 3 peserta da’I cilik hasil seleksi panitia mengambil undian nomor urut penampilan mereka. Dengan kondisi tubuh yang lemah, diah pun antri dan mengambil nomor urutnya. Pada minggu sebelumnya, saat pengambilan nomor urut dari 12 peserta, diah mendapat kesempatan pertama untuk tampil. Namun pada kali ini, dia justru mendapat kesempatan paling akhir diantara kedua teman finalis da’I cilik lainnya.

Satu per satu peserta yang berumur 11 tahun maju menunjukkan kemampuannya yang luar biasa. Saya yang saat itu sebagai juri menilai penampilan peserta pertama sungguh sangat bagus dalam penyampaian, pandangan mata, ekspresi, ditambah suara “bulatnya” yang saya pikir menjadi ciri khas dirinya. Kemudian, peserta kedua tampil. Saya menilai kelebihan peserta kedua ada pada intonasinya yang menarik. Jadi terkesan seru kalau dirinya sedang bercerita. Disamping itu, cara berbicaranya memang tidak hanya menghafal tapi ada pemahamannya. Peserta kedua ini pada minggu sebelumnya pada sesi penyisihan peserta, pernah mengatakan kepada temannya yang lebih muda begini, “jangan hanya dihafalkan, tapi dipahami saja jadi gak kira macet nanti waktu tampil. Gampang kok...?!”. Saya mengetahui memang dalam usianya tersebut berdasar teori kognitif piaget yakni pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun (menurut santrock usia tersebut termasuk usia masa remaja) telah berada pada tahap pemikiran operasional formal. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak dan hipotesis. Peserta kedua mampu memahami dan merangkum materi yang akan dibawakannya. Sehingga cara penyampaian peserta kedua tidak mengalami istilah “lupa materi” karena sudah memahami arah jalur bahasan materinya.

Setelah penampilan kedua peserta tersebut, saya semakin berdebar menunggu penampilan diah, adik didik kawan-kawan dan saya. Sebelumnya, saya sudah berkomitmen untuk menilai secara adil sesuai kemampuannya tanpa boleh pilih kasih dalam pemberian nilai. Saat itu adalah masa bagi saya untuk bersikap professional. Diah pun unjuk gigi dengan penampilannya yang memang sangat berbeda dari minggu sebelumnya. Saya melihat diah lebih teratur dalam penyampaiannya, tidak terburu-buru. Kelebihan diah dibandingkan dengan teman lainnya yakni ada sapaan pada peserta, seperti ini “teman-teman pengen masuk surga enggak????”. Tentunya ketika ditanya, peserta serentak akan menjawab, sehingga ada nuansa komunikasi dua arah antara pembicara dan peserta. Sungguh sangat menarik. Disamping itu, cerita yang dibawakannya menggunakan nama tokoh yang lucu dan tren saat itu yakni ipin dan upin. Saya menilai dengan cara penyampaian materi yang diselingi cerita anak-anak mampu menarik perhatian dan memudahkan pemahaman peserta yang umumnya berusia 8-11 tahun. Pada usia tersebut memang peserta berada dalam stadium belajar sehingga cocok untuk menerima berbagai materi pembelajaran (Desmita 2008).

Setelah ketiga finalis menunjukkan kemampuannya, akhirnya dewan juri pun mulai untuk menggabungakan seluruh penilaian ketiga peserta. Kami sebagai juri memang sangat dituntut jeli untuk memberikan penilaian. Oleh karena itu, jumlah juri ada 2 orang, seharusnya 3 orang tapi seorang juri mendadak tidak bisa hadir, untuk mendapatkan nilai rataan yang dipikir bisa adil dalam penilaian. Saya yang bertugas menghitung hasil keseluruhan nilai tiap peserta, sekilas langsung bisa mengetahui ada di urutan keberapa diah. Kemudian setelah kami mendapatkan hasilnya, ternyata dia masuk dalam peringkat kedua. Waaaahh…… Bagi saya, ini merupakan kejutan yang luar biasa karena diah mampu memberikan penampilan yang tetap memukau meski dengan kondisi yang sedang sakit.

Moga diah dengan sehat selalu ya…… Kakak sayang diah…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar