Halaman

Senin, 19 April 2010

Bahaya artikel dialog "Allah dan Makhluk".

Masih ingat saat TPB, sempat tergabung di rohis kelas. Rohis kelas saya namanya “al Fath” yang artinya kemenangan. Nama ini menyiratkan untuk kita, temen2 rohis, semoga Allah melimpahkan kemenangan untuk menjalankan amanah di rohis ini selama 1 tahun sekelas bersama. Anggotanya terdiri dari orang2 yang handal. Selama 1 tahun kita bersama

Kegiatan2 rohis al fath, alhamdulillah, tergolong aktif. Seperti umumnya kegiatan rohis lainnya, yakni salah satu programnya adalah pembuatan bulletin. Pada saat itu, dalam bulletin yang menarik yang kita buat ada bagian artikel yang memuat perkataan Allah yang sedang menanti manusia untuk beribadah bertemu dengan-Nya. Perkataan-Nya seperti ini “Allah berkata: ‘Aku selalu menunggumu pada pagi hari dengan berharap agar engkau menjumpaiku melalui sholat subuh tapi engkau telah melupakanku dengan tidur pulas. Pada siang hari juga aku menunggu engkau untuk menjengukku melalui sholat dzuhur tapi engkau telah melupakanku dengan kesibukan kalian masing2……dst.”.
Saat ini juga sering kita temui artikel2 yang sejenis tapi lebih GILA lagi, isinya tentang dialog antara Allah dengan manusia. Seperti dialog, “Manusia berkata: ‘Ya Allah bebaskanlah aku dari api neraka’. Kemudian Allah menjawab: TIDAK, engkau tidak pernah membaca firmanku dalam al Qur’an. Berarti engkau tidak mencintaiku”.
Baiklah teman2, mari kita analisis jenis artikel yang berisi dialog antara ALLAH dan manusia. Ini permasalahan aqidah, jadi sangat berbahaya apabila tidak segera diluruskan. Akibatnya bisa jadi kita melakukan syirik pada Allah. Berikut kejanggalan2 dalam artikel jenis tersebut:

1. Manusia / penulis berlagak Sok tau apabila Allah ditanya seperti itu akan menjawab seperti itu. Padahal dalam al Qur’an surat al baqarah: 216 “ ….Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Jadi jangan SOK tau deh….^^.

2. Allah terkesan yang berharap pada manusia. Padahal Allah yang berkuasa atas manusia, seperti dalam surat al kahfi: 39 “……tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”. Seharusnya yang berharap adalah manusia, bukan Allah yang berharap diibadahi. Dalam al Qur’an surat as sajdah: 16 “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap,…”. Allah itu Maha Kaya dan gak akan berkurang kekayaan dan kemuliannya bila tidak diibadahi oleh makhluk.

3. Dialog antara Allah terhadap manusia tersebut bukan firman Allah dalam alqur’an ataupun hadits.

4. Kemudia apabila ada yang memberikan alasan “khan hikmahnya banyak..????”. Teman2, inti dari berislam adalah Aqidah. Jika Aqidah kita tidak benar maka akan termasuk orang yang sesat seperti Syeikh ibnu taimiyyah menyesatkan kelompok jabariyah (tidak perlu berusaha karena semua sudah ditentukan Allah) dan Qadariyah (perbuatan hamba tidak masuk dalam kekuasaan dan keinginan Allah). Hikmah boleh diambil dari mana ja, asalkan tanpa nginjak2 Aqidah. Itu prinsip yg harus dipegang dan gak da alasan apapun yang bisa dibenarkan kl dah nginjak2 Aqidah. Perbedaan kita (muslim) dengan non-muslim adalah Aqidahnya. Makanya untuk masalah Aqidah, Allah bener2 nekankan dalam surat al kafiruun 6: “untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. Jadi Aqidah gak boleh ditukar dan gak boleh ditinggalkan.


Akhir kata, saya ingin katakan bahwa islam adalah agama yang memiliki dalil. Silahkan bagi yang tidak setuju dengan pendapat saya untuk memberikan dalilnya yang mendukung jawaban teman2 nantinya, jadi bukan sebatas logika. Senang bisa berbagi dengan temen2.
Terimakasih. Waslm.

Islam Bukan Agama Persamaan tapi KEADILAN

Banyak kita jumpai perhatian yang besar dari seorang ibu kepada anak anaknya. Saat pembagian kue, biasanya anak anak sering bertengkar agar sebagian dapat porsi yang lebih besar. Anak anak sering ngeluarkan perkataan atau bahkan perilaku yang tidak seharusnya, memukul atau pun mecubit. Ibu biasanya berkata ke anak anaknya : “ ayo dibagi sama rata biar gak tengkar / tukaran…”. Kali ini mari kita tinjau dalam konteks islam mengenai konsep persamaan.


Allah memberitahukan dalam al qur’an surat al hujurat 9 “…Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. Syaikh Muhammad al utsaimin memberitahukan dalam kitab syarah aqidah al wasithiyah bahwa Allah telah melimpahkan bermacam-macam nikmat kepada kita, maka sungguh adil jika kita bersyukur kepada-Nya. Allah juga telah menjelaskan kebenaran kepada kita, maka sungguh adil jika kita mengikuti kebenaran itu.


Posisi ibu yang berkata “ayo dibagi sama rata kuenya” tadi, sebenarnya merupakan wujud ikhtiar dalam untuk menciptakan keadilan untuk anak-anaknya. Rosullah saw bersabda “Takutlah kepada Allah dan berlaku adillah diantara anak-anak kalian” (HR Al Bukhari). Namun, Sekarang yang jadi pertanyaan yakni “APAKAH ISLAM ADALAH AGAMA PERSAMAAN???”.


Syaikh Muhammad al utsaimin berkata bahwa tidak ada sama sekali dalam al qur’an, Allah memerintahkan persamaan. Islam adalah agama keadilan, yaitu menggabungkan dua hal yang sama; dan membedakan dua hal yang berbeda KECUALI JIKA YANG DIKEHENDAKI DENGAN PERSAMAAN ADALAH KEADILAN.
Ayat-ayat al Quran yang menafikan (meniadakan) persamaan yakni
“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’” (az zumar 9)
“Katakanlah, ‘Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang…” (Ar Ra’d 16)
“Tidak sama diantara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu).” (Al Hadid 10)


Jadi sekarang kita memahami bahwa makna keadilan lebih luas daripada makna kesamaan (penyetaraan). Itulah islam yang bersifat universal, menyeluruh. Memerintahkan keadilan dengan tanpa menutup kemungkinan untuk persamaan. Maka, keadilan bisa bermakna perbedaan dan persamaan. Sehingga ISLAM BUKAN AGAMA PERSAMAAN TAPI AGAMA KEADILAN.