Halaman

Rabu, 30 Maret 2016

Karakter anak Terlihat Dari Lingkungannya



 
1 April 2016
Oleh : Robi Rizkianto

Anak-anak di usia SD, berkisar 6-12 tahun, berada pada fase modelling (meniru) yang sangat tinggi. Saat anak di rumah maupun sekolah, temannya akan mempengaruhi karakter anak tersebut. Jika dirinya dekat dengan teman yang suka berbohong, maka kebohongan itu akan menular pada anak tersebut. Sebaliknya, anak yang dekat dengan teman yang suka ke masjid tepat waktu maka perilaku itu akan menular pada anak tersebut.

Anak yang berada di sekolah akan mendapatkan pengaruh yang besar dari gurunya. Anak menjadikan guru sebagai teladannya. Sikap dan tutur kata gurunya sangat mudah ditiru tanpa dipilah-pilih mana yang baik dan buruk. Jika gurunya selalu berperilaku dan berkata baik, maka itu akan menular ke anak. Kita pun tidak perlu mengkhawatirkannya. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa guru bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah. Kadang guru berbuat salah dengan cara berteriak ke anak-anak untuk mendiamkannya saat sedang ramai. Sikap itu akan ditiru anak. Mereka akan berteriak juga untuk mendiamkan kawan-kawannya yang ramai. Maka sebaiknya, guru mengarahkan anak-anak kembali bahwa teladan mereka (anak-anak) sebenarnya bukanlah guru, tapi Rosulullah. Mengapa? karena rosulullah maksum, bebas dari kesalahan.

Singkat kata, orang tua yang bertanggung jawab bagi masa depan anaknya pasti akan mencarikan lingkungan terbaik bagi anak. Orangtua memperhatikan anak dengan cara mencarikan lingkungan yang positif untuk perkembangan anak di masa depannya. Baik lingkungan sekolah maupun lingkungan pertemanan di rumah. Jika anak sudah terlanjur berada di lingkungan pertemanan yang tidak baik, maka tugas orangtua untuk menciptakan lingkungan pertemanan yang baru bagi anak, lingkungan yang positif.