Halaman

Selasa, 14 Desember 2010

Kebersamaanku Mengiringi Langkahmu


-->
Oleh: Robi Rizkianto
11 Desember 2010
Aku mengenalnya sebagai seorang wanita yang beberapa kali menunjukkan taring tajam ketangguhannya, bersikap laksana seorang pesilat tangguh yang siap memukul puluhan lelaki yang menaruh hati padanya.
Aku mengenalnya di tengah hiruk-pikuk lautan manusia yang membiarkan jiwanya puas mereguk berbagai popularitas dan kejahatan hingga menciptakan berbagai api perselisihan pada Illahi.
Namun, aku pun mengenalnya di istana ilmu, tempat membuka berbagai rahasia misteri kehidupan.. Sang wanita yang selalu duduk manis mendengarkan petuah-petuah guru intelektualnya dan menuliskan bebagai tinta ilmu di kedalaman jiwanya.
Meski bagaimanapun dan dimana pun aku mengenalnya, aku tegaskan sekali lagi bahwa aku cinta padanya. Kehidupan ini sungguh tidak akan memancarkan cahaya keindahannya hanya dengan satu warna, begitu pula dirinya tidak akan bisa membuat hatiku ditawan oleh keindahannya bila hanya memiliki satu sisi dari berbagai sisi kehidupannya. Kekurangannya justru menjadi pendorongku untuk selalu menggenggam tangan sucinya, bersama berjalan hingga sampai di lorong kematian kelak.

Jumat, 05 November 2010

Belajar keteguhan tekad dari Joe Jennette


3 November 2010
Oleh: Robi Rizkianto

Seorang petinju bertarung tidak hanya sekedar hobi. Kegiatan yang hanya menjadi rutinitas pemuas hobinya semata. Bahkan pertarungan di ring tinju bukanlah ajang mencari materi. Mereka bertarung justru untuk mendapatkan eksistensi dirinya di tengah-tengah masyarakat yang terkadang mengernyitkan dahinya karena status yang melekat padanya. Berdasar piramida kebutuhan maslow, kebutuhan eksistensi merupakan tahap kebutuhan tertinggi dimana setelah terpenuhinya kebutuhan fisik, aman, sosial, dan kebutuhan ego.

Pada tahun 1880, seorang petinju bernama Joe Jennette dari golongan kulit hitam di daerah barat terlahir. Jennette memiliki bakat dan tekad yang sangat tinggi menjadi petinju. Pada usianya yang telah beranjak dewasa, Jennette telah memasuki dunia tinju melawan berbagai petinju dari golongan kulit putih. Jennette hanya tertarik bertarung tinju hanya dengan petinju dari golongan kulit putih. Sebenarnya, Jennette bersikap demikian karena bertujuan untuk mengangkat golongan ras kulit hitam. Berbagai jagoan dari golongan kulit putih bertarung dan ternyata semuanya berhasil dikalahkan oleh Jennette. Nama Jennette pun akhirnya bergema di seantero jagat dunia pertinjuan dan berhasil mengubah pola pandang golongan kulit putih yang sering kali mengklaim bahwa golongan kulit hitam adalah golongan orang-orang tidak berdaya.

Setelah mendapatkan kebutuhan eksistensinya di hadapan golongan kulit putih, Jennette mengambil keputusan untuk bertarung dengan petinju terkenal dari kulit hitam juga yang bernama mc fey. Pada pertandingan yang tidak mengenal ronde tersebut, seseorang baru dinyatakan sebagai pemenang apabila salah seorang telah benar-benar menyatakan menyerah. Pada awal-awal ronde, mc fey berhasil memukul berkali-kali Jennette hingga darah dari mulutnya keluar. Badannya sudah berkali-kali tersungkur tidak berdaya. Namun, Jennette terus berusaha bangkit seakan-akan menyatakan, “Di atas ring inilah area kehidupanku sesungguhnya. Aku memahami hidup di atas ring, kehormatanku pun terlahir dan akan berahir disini”.

Keadaan berbalik pada ronde ke-21 ketika Jennette mampu menyusun kembali kekuatan yang telah hancur. Dengan badan Jennette yang lemas, tampak tatapan matanya dipenuhi keyakinan akan kemenangannya kelak. Jennette telah merekam seluruh teknik tinju mc fey, kemudian mencari celah teknik tinju mc fey. Seperti inilah sikap optimis yang digambarkan oleh Toto Tasmara (2006), “ Orang optimis melihat kesempatan diantara begitu banyak kesempitan. Orang pesimis melihat begitu banyak kesempitan diantara banyak kesempatan”. Mc fey dibuat lemah dengan kekuatan Jennette. Kondisinya sekarang, mc fey mulai mengeluarkan darah dari mulutnya dan badannya pun terjatuh berkali-kali. Hingga pada ronde ke-50, akhirnya mc fey dengan badan yang tampak lemah mengatakan, “saya sudah tidak bisa, saya sudah tidak bisa”. Jennette pun tampil sebagai pemenang dan mendapat penghormatan yang tinggi karena telah berhasil mengalahkan mc fey sebagai petinju nomor satu di kala itu.

Jennette mengakhiri karirnya dengan menikah. Jennette memilih istri dari golongan kulit putih. Ini adalah piala kehormatan tertinggi yang didapatkan Jennette. Dengan pernikahan antara golongan kulit putih dan hitam ini, diharapkan adanya kesetaran status dan hilangnya pola pandang negatif pada golongan kulit hitam.

(Sumbernya dari tayangan televisi)

Daftar pustaka:
Tasmara toto. 2006. Spiritual Centered Leadership. Gema Insani: Jakarta

Juara 2 Lomba Da’I Cilik FEM IPB

27 Oktober 2010
Oleh: Robi Rizkianto

Pada tanggal 17 Oktober 2010, seorang anak didik teman-teman dan saya sedang mengikuti perlombaan lomba pemilihan da’I cilik hasil penyisihan seminggu sebelumnya. Halimatussa’diyah, yang biasa dipanggil diah, dengan badan yang menggigil kedinginan karena sakit yang dideritanya sedang bersiap-siap “unjuk gigi” kemampuannya. Wajahnya kali ini tampak pucat dan lebih banyak termenung. Saya melihat kondisinya berbeda dari biasanya yang selalu aktif dan menunjukkan tatapan matanya yang tajam, penuh dengan nuansa semangat dan optimis yang kuat.

Sebelum tampil, 3 peserta da’I cilik hasil seleksi panitia mengambil undian nomor urut penampilan mereka. Dengan kondisi tubuh yang lemah, diah pun antri dan mengambil nomor urutnya. Pada minggu sebelumnya, saat pengambilan nomor urut dari 12 peserta, diah mendapat kesempatan pertama untuk tampil. Namun pada kali ini, dia justru mendapat kesempatan paling akhir diantara kedua teman finalis da’I cilik lainnya.

Satu per satu peserta yang berumur 11 tahun maju menunjukkan kemampuannya yang luar biasa. Saya yang saat itu sebagai juri menilai penampilan peserta pertama sungguh sangat bagus dalam penyampaian, pandangan mata, ekspresi, ditambah suara “bulatnya” yang saya pikir menjadi ciri khas dirinya. Kemudian, peserta kedua tampil. Saya menilai kelebihan peserta kedua ada pada intonasinya yang menarik. Jadi terkesan seru kalau dirinya sedang bercerita. Disamping itu, cara berbicaranya memang tidak hanya menghafal tapi ada pemahamannya. Peserta kedua ini pada minggu sebelumnya pada sesi penyisihan peserta, pernah mengatakan kepada temannya yang lebih muda begini, “jangan hanya dihafalkan, tapi dipahami saja jadi gak kira macet nanti waktu tampil. Gampang kok...?!”. Saya mengetahui memang dalam usianya tersebut berdasar teori kognitif piaget yakni pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun (menurut santrock usia tersebut termasuk usia masa remaja) telah berada pada tahap pemikiran operasional formal. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak dan hipotesis. Peserta kedua mampu memahami dan merangkum materi yang akan dibawakannya. Sehingga cara penyampaian peserta kedua tidak mengalami istilah “lupa materi” karena sudah memahami arah jalur bahasan materinya.

Setelah penampilan kedua peserta tersebut, saya semakin berdebar menunggu penampilan diah, adik didik kawan-kawan dan saya. Sebelumnya, saya sudah berkomitmen untuk menilai secara adil sesuai kemampuannya tanpa boleh pilih kasih dalam pemberian nilai. Saat itu adalah masa bagi saya untuk bersikap professional. Diah pun unjuk gigi dengan penampilannya yang memang sangat berbeda dari minggu sebelumnya. Saya melihat diah lebih teratur dalam penyampaiannya, tidak terburu-buru. Kelebihan diah dibandingkan dengan teman lainnya yakni ada sapaan pada peserta, seperti ini “teman-teman pengen masuk surga enggak????”. Tentunya ketika ditanya, peserta serentak akan menjawab, sehingga ada nuansa komunikasi dua arah antara pembicara dan peserta. Sungguh sangat menarik. Disamping itu, cerita yang dibawakannya menggunakan nama tokoh yang lucu dan tren saat itu yakni ipin dan upin. Saya menilai dengan cara penyampaian materi yang diselingi cerita anak-anak mampu menarik perhatian dan memudahkan pemahaman peserta yang umumnya berusia 8-11 tahun. Pada usia tersebut memang peserta berada dalam stadium belajar sehingga cocok untuk menerima berbagai materi pembelajaran (Desmita 2008).

Setelah ketiga finalis menunjukkan kemampuannya, akhirnya dewan juri pun mulai untuk menggabungakan seluruh penilaian ketiga peserta. Kami sebagai juri memang sangat dituntut jeli untuk memberikan penilaian. Oleh karena itu, jumlah juri ada 2 orang, seharusnya 3 orang tapi seorang juri mendadak tidak bisa hadir, untuk mendapatkan nilai rataan yang dipikir bisa adil dalam penilaian. Saya yang bertugas menghitung hasil keseluruhan nilai tiap peserta, sekilas langsung bisa mengetahui ada di urutan keberapa diah. Kemudian setelah kami mendapatkan hasilnya, ternyata dia masuk dalam peringkat kedua. Waaaahh…… Bagi saya, ini merupakan kejutan yang luar biasa karena diah mampu memberikan penampilan yang tetap memukau meski dengan kondisi yang sedang sakit.

Moga diah dengan sehat selalu ya…… Kakak sayang diah…!

Motorik Halus

September 2010
Oleh: Robi Rizkianto

Pengertian Motorik Halus
Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang membutuhkan seorang anak untuk memanipulasi dan mendapatkan kontrol atas berbagai bahan dan alat. Hal ini juga sering untuk tujuan komunikasi yang mencakup fungsional dan ekspresif, misalnya menulis nama atau pesan, memanipulasi mouse komputer, dan membuat patung.. Komponen keterampilan motorik halus dapat dianggap:
• Memahami-misalnya menggunakan pensil, krayon, kuas, lem tongkat, pemukul, blok
• Memanipulasi - plastisin misalnya, tanah liat, unifix, centicubes, kertas, menjahit, gunting, fingerplays
• Tangan-mata koordinasi - menulis misalnya, memotong, threading, memindahkan kursor, dengan menggunakan lem
Pengalaman belajar terstruktur seperti bermain perkembangan dan pusat pembelajaran adalah kesempatan bagi pendidik untuk memberikan berbagai kegiatan yang akan membantu mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Ini sering akan mencakup bahan-bahan seperti plastisin, pakaian pasak, menyortir, Lego, mainan konstruksi, botol dan tutup, kertas, pena, cat dan media lainnya, yang berbasis teknologi komputer (New South Wales 2010).

Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Frankenburg dkk (1981) Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, yaitu koordinasi mata tangan, memainkan-menggunakan benda-benda kecil, menggambar. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hamper menguasai cara berjalan orang dewasa (Desmita 2008).
Gerakan motorik dalam kesehariannya, motorik halus dapat ditemukan saat anak melakukan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangannya, misalnya, menyusun puzzle, memegang gunting, memegang sendok saat makan, atau memegang pensil. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus anak sudah berkembang bahkan hampir sempurna (Lerin Chritine 2009). Perkembangan motorik masa anak-anak awal usia 3.4-4.5 tahun pada dimensi motorik halus menurut Roberton dan Halverson (1984) bahwa anak mampu mengancingkan baju, meniru bentuk sederhana, dan membuat gambar sederhana. Pada usia 5 hingga 6 tahun, koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Oleh karena itu, anak sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, atau tubuh secara bersamaan. Hal ini dapat dilihat saat anak menulis atau menggambar (Lerin Chritine 2009).

Pengaruh Perkembangan Otak dan Susunan Syaraf Pusat terhadap Perkembangan
Motorik
Perkembangan otak manusia yang sangat pesat terjadi pada masa prenatal dan beberapa bulan setelah kelahiran pada masa sebelum kelahiran diperkirakan 250.000 sel-sel otak terbentuk setiap menit melalui proses pembelahan sel yang disebut mitosis. Setelah lahir sebagian besar sel-sel otak yang berjumlah 100 milyar terbentuk secara matang perkembangan yang dimulai dari atas yaitu kepala dan berlanjut secara teratur ke bagian bawah tubuh. Pada usia 4-5 tahun kepala anak hanya berukuran seperlima dari ukuran tubuhnya dan pada usia 6 tahun kepada anak memiliki ukuran sepertujuh dari ukuran kepalanya. Pada usia 6 tahun anak telah memiliki proporsi tubuh yang akan mewarnai proporsi tubuhnya di masa dewasa. Secara normal bertambah tinggi badan selama masa kanak-kanak hanya sebanyak 2,5 inchi setahun dan berat badan secara normal hanya bertambah 2,5-3,5 kilogram setahun.
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang dewasaSyaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami prosesneurogical maturation.Pada anak usia 5 tahun syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimuasi berbagai kegiata motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Pada usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat komplek yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda.
Ketika anak mampu melakkan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi peru di dukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.


Daftar Pustaka
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Lerin Chritine. 2009. 105 Permainan untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Kreativitas Buah Hati.Jakarta: Trans Media Pustaka
(Anonim). 2010. http://k6.boardofstudies.nsw.edu.au/linkages/ContentLinks/links_fmskills.html
(Anonim). 2010. http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/perkembangan-motorik-kasar-dan-perkembangan-motorik-halus/

Jumat, 15 Oktober 2010

Benang Merah Berpikir dan Bersikap Visioner Kalangan Remaja Menuju Masyarakat Madani

Oleh:
Robi Rizkianto 2009



1.1.1. Pengertian Berpikir, dan Bersikap
1.1.2. Pikiran
Manusia merupakan mahluk hidup yang menerima dan mampu memberi respon terhadap faktor eksternal melalui pancaindera. Pengaruh-pengaruh eksternal akan terkirim melalui saraf-saraf penerima menuju otak. Kemudian mengolahnya dengan berbagai bentuk koordinasi antar bagian-bagian otak.
Menurut Suwardi Tanu (2002), mennjelaskan bahwa koordinasi dalam bagian otak ada tujuh bagian yang terkoordinasi dengan rapi dan bekerja dengan baik. Pertama, bagian peneriamaan. Semua informasi eksternal yang diterima oleh indera manusia akan sampai di otak yang akan diteruskan ke bagian lainnya. Kedua, bagian analisis. Informasi yang diterima dari bagain penerimaan dianalisis dalam berbagai aspek, sesuai dengan bobot berita tersebut. Ketiga, bagian penetuan sikap. Ketiga, bagian penentuan sikap. Hasil analisis otak, bagian analisis terlebih dahulu diolah disini. Keempat, bagian perencanaan. Setelah ditentukan sikap yang akan diambil, bagian perencanaan segera mengambil langkah-langkah konkret dalam merencanakan dan memformulasikan suatu respons tentang suatu sikap yang akan diwujudkan responsnya. Kelima, bagian komando pelaksanaan. Rencana yang berupa ide dari otak bagian perencanaan diterjemahkan oleh bagian ini dalam bentuk instruksi-instruksi yang akan diteruskan ke berbagai sarana pelaksana yang ada kaitannya. Keenam, bagian pengawasan pelaksanaan. Semua respon yang telah dilaksanakan oleh bagian pelaksanaan dipantau oleh bagian ini, termasuk memantau alat-alat indera yang dipakai untuk menyampaikan proses. Ketujuh, bagian ingatan. Segala yang pernah berinteraksii dengan manusia terekam dengan baik.
Ujang sumarwan (2002) mengutip pendapat William McGuire yang menyatakan bahwa ada lima tahap pengolahan informasi (the information-processing model). Pertama, pemaparan (exposure) yaitu pemaparan stimulus yang meyebabkan seseorang menyadari stimulus tersebut melalui pancainderanya. Kedua, perhatian (attention) yaitu kapasitas pengolahan yang dialokasikan seseorang terhadap stimulus yang masuk. Ketiga, pemahaman (comprehension) yaitu interpretasi terhadap makna stimulus. Keempat, penerimaan (acceptance) yaitu dampak persuasif stimulus kepada seseorang. Kelima, retensi (retension) yaitu pengelihan makna stimulus dan persuasi ke ingatan jangka panjang (long-term memory).

1.1.2. Sikap
Sikap meliputi rasa suka dan tidak suka; mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok; dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya, termasuk gagasan abstrak dan kebijakan sosial.(Ernest R. Hilgard 1983). Miller (2005) memberikan contoh terhadap sikap, yakni “anda mungkin memiliki keyakinan bahwa olahraga baik untuk kesehatan Anda, bahwa olahraga membuat Anda terlihat baik, bahwa olahraga menghabiskan banyak waktu, dan bahwa olahraga ini tidak nyaman. Masing-masing dari keyakinan ini dapat berbobot (misalnya, masalah kesehatan mungkin lebih penting bagi Anda daripada isu-isu waktu dan kenyamanan). “
Menurut Ujang Sumarwan (2002), sikap memiliki delapan karakteristik. Pertama, memiliki objek. Sikap seseorang tergantung pada objek. Setiap orang akan bersikap berbeda terhadap objek yang berbeda. Kedua, konsistensi. Sikap adalah gambaran perasaan dari seseorang yang direfleksikan memlalui perilaku. Oleh karena itu sikap memiliki konsistensi meskipun ada faktor situasi yang mampu mengaibatkan inonsistensi. Ketiga, sikap positif, negatif, dan netral. Keempat, intensitas. Seseorang memiliki tingkat kesukaan yang berbeda terhadap objek. Derajat tingkat kesukaan tersebut mengungkapkan adanya tingkat intensitas. Kelima, resistensi sikap. Resistensi sikap adalah derajat perubahan sikap seseorang bisa berubah. Keenam, persistensi sikap. Karakteristik siakap yang menggamberkan bahwa sikapnya akan berubah karena berlalunya waktu. Ketujuh, keyakinan sikap. Tingkat keyakinan seseorang seperti budaya atau agama, akan mampu mengubah sikap. Kedelapan, sikap dan situasi. Situasi mampu menjadi faktor pendorong sikap seseorang.


2.1. Hubungan Berpikir dan Bersikap
Keyakinan mencerminkan komponen kognitif; sikap merupakan komponen afektif; dan tindakan mencerminkan komponen perilaku. (Ernest R. Hilgard 1983). Menurut Miller (2005), mendefinisikan sikap sebagai sejumlah keyakinan tentang perilaku tertentu yang ditekankan oleh evaluasi keyakinan
Komponen kognitif pada keyakinan termasuk dalam pemikiran yang menjadi dasar terlahirnya komponen perilaku melalui eksekusi komponen sikap. Komponen kognitif dalam bentuk berpikir, mendapatkan pengetahuan atau informasi melalui berbagai panca indera seperti telinga, mata, dan indera peraba. Berbagai komponen kognitif tersebut akan dieksekusi melalui sikap. Pengolahan informasi dalam memutuskan secara mutlak yang dilakukan dinamakan sikap. Sedangakan hasil eksekusi pengolahan informasi dari sikap dalam tataran implementasi dinamakan perilaku.
Pikiran menjadi pusat informasi yang menjadi penentu perilaku yang akan dihasilkannya. Bila informasi yang dimiliki baik maka ada kecenderungan perilaku yang dihasilkan menjadi baik, begitu juga sebaliknya. Hal ini didukung pernyataan Suwarno Tanu (2002), Pikiran menjadi impuls energi yang menjadikan sesuatu menjadi terwujud, terlaksana, termanifestasi, terbentuk, dan terbuat.

2.1.1. Peranan Berpikir dan Bersikap Visioner pada Kalangan Remaja
Tahap perkembangan moral menurut Thomas Lichona, bahwa remaja awal hingga akhir masuk dalam periode responsibility to the system, yaitu remaja harus memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sosialnya karena menyadari dirinya merupakan bagian dari sistem tersebut. Periode perkembangan remaja merupakan masa transisi dari interpersonal conformity, mementingkan diri tetapi jujur kepada orang yang jujur juga kepada dirinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa remaja memiliki kepribadiaan yang labil karena berada pada masa transisi perkembangan moral anak-anak ke dewasa.
Remaja membutuhkan lingkungan yang mampu mendukung pembentukan moralnya. Teori perkembangan social Erikson memberitahukan bahwa lingkungan yang paling dekat dengan remaja adalah peer group-nya. Sehingga dharapkan adanya peran keluarga untuk mengarahkan peer group anak sesuai dengn harapan orang tua untuk menjadikan anak yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Masa perkembangan remaja menjadi hal yang esensial. Lukmanulhakim (2009) mengatakan, “Remaja secara alami memiliki proses kelemahan dalam proses perembangan kepribadiannya. Kelemahan-kelemahan ini dapat dimanfaatkan oleh suatu Negara untuk menghancurkan Negara lain melalui para remajanya”. Sehingga dibutuhkan bimbingan yang tepat untuk mengarahkan kepribadian dan pola piker anak.
Masa transisi remaja dari anak-anak, menuntut adanya bimbingan dari keluarga dan lingkungannya. Periode awal remaja memungkinkan masih adanya rasa egosentris yang dimilikinya pada masa perode anak-anak. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu adanya peran keluarga dan lingkungan untuk membentuk pola pemikiran anak yang visioner.

3.1. Remaja Berpikir dan Bersikap Visioner
Hidup memiliki keniscayaan harus terus berubah karena selalu mengarah ke depan sesuai berjalannya waktu. Kondisi hidup yang dinamis perlu diiringi dengan pola perilaku yang dinamis, mampu memanfaatkan berbagai sumber daya fisik dan non-fisik disekelilingnya. Remaja akan merasa ada bila mampu berpacu dengan waktu dalam berkontribusi positif sebagai wujud hasil sinergisitas kondisi hidup dan pola perilaku.
Remaja harus memiliki visi hidup yang menjadi acuan “gairah” hidupnya. Visi adalah alasan utama manusia hidup, sehingga visi yang telah menjadi prinsip hidup tidak bisa diganggu gugat, ditawar, apalagi diperjualbelikan. Merujuk pada perkataan ibnul Khatab sebagai tokoh negarawan islam, “Hendaklah kamu menghitung dirimu sendiri sebelum datang hari dimana engkau yang akan diperhitungkan”. Hal ini menunjukkan bahwa visi berdiri di atas prinsip-prinsip yang harus diperuangkan untuk mencapai harapan kebahagiaan yang paling puncak.
Pikiran remaja yang visioner mampu menempatkan dan mencari solusi permasalahan secara proporsional. Lingkungan yang ada disekitarnya mampu menjadi berharga karena pikirannya selalu berbaik sangka. Pikiran yang visoner selalu mengannggap berharga semua yang berbentuk fisik dan non-fisik. Seluruh bentuk fisik seperti tanah, daun, pakaian, dan buku, menjadi bahan baku yang esensial bagi seorang yang visioner. Ide, gagasan, saran, emosi, amarah, tangisan, cercaan, dan seluruh bentuk yang non-fisik juga mampu menjadi berharga bagi pribadi yang berpikir visioner.
Victor Frankle mengungkapkan bahwa selama individu mempunyai makna hidup, dia akan merasakan kebahagiaan dan kenikmatan yang memuaskan. Makna hidup selalu bersifat dinamis. Oleh karena itu harus secara konsisten meningkatkan kualitas diri dari waktu ke waktu, sehingga peningkatan kualitas diri melalui pemikiran, sikap, dan perilaku visioner yang berdisiplin akan menumbuhkan tanggung jawab moral yang tinggi.

4.1. Pola Pikir Remaja Sarana Manuju Masyarakat Madani


Bahmueller (1997) mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik masyarakat madani, yaitu terintegrasinya kelompok eksekutif ke masyarakat, penyebaran kekuasaan, program pembangunan berbasisi masayarakat, terjembataninya kepentingan individu dan negara, tumbuh kembangnya kreativitas, meluasnya kesetiaan dan kepercayaan, serta adanya pembebasan masyarakat. Seluruh karakteristik tersebut secara umum mengacu pada kondisi yang demokratis. Kondisi yang pada hakikatnya adanya hubungan harmonis yang bersinergi antara pemerintah, masyarakat status sosial tinggi, dan masyarakat sosial menengah ke bawah.
Kondisi masyarakat yang demokratis faktor pendorong tercipta kemajuan bangsa tapi belum tentu dengan sistem demokrasi sebagai penentu kemajuan bangsa. Adam Prezeworski dan Fernando Limongi dalam Journal of Economic Perspective menunjukkan tiga kategori korelasi antara sistem demokrasi dan pertumbuhan ekonomi berdasar hasil penelitian di puluhan Negara. Pertama, temuan yang mengatakan Negara yang otoritatian lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti demokrasi bersifat inferior. Kedua, temuan sebaliknya yang menyatakan bahwa demokrasi, bila dibandingkan sistem politik lain, yang lebih mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketiga, temuan netral yang mengatakan bahwa demokrasi atau sistem politik lain tidak berbeda secara signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kemajuan bangsa bangsa tidak tergantung lama Negara berdiri atau melimpahnya sumber daya yang dimilikinya. Negara mesir telah berdiri 2000 tahun, namun bila dibandingkan negara autralia dan kanada yang baru berdiri sekitar 150 tahun lalu terbukti mampu menjadi Negara yang lebih maju. Kemudian swiss yang tidak memiliki perkebunan coklat mampu menghasilkan coklat dengan kualitas terbaik, dibandingkan dengan Indonesia yang memiliki perkebunan coklat dan belum mampu mengolahnya.
Tulisan Ratna Megawangi (2004) yang mengutip pendapat Nurcholissh Madjid yang membahas masyarakat madani. Menurut Nurcholish, prinsip masyarakat madani tidak terlepas dari inti ajaran universal kemanusiaan yang diturunkan kepada para nabi dan rasul sepanjang zaman. Ajaran universal kemanusiaan yang dimaksudkan adalah ajaran seluruuh agama.
Nilai-nilai akhlak pasti dijunjung tinggi oleh seluruh agama. Seperti yang dianut oleh ajaran islam, bahwa rasulullah saw. pernah bersabda “Dan tidaklah aku diutus kecuali untuk memperbaiki akhlak manusia”.
Seorang remaja merupakan masa yang paling mudah dibentuk perkembangan moralnya. Meskipun berdasar penelitian Junny Dunn menunjukkan bahwa anak usia 2 tahun sudah dapat diajarkan nilai-nilai moral. Namun, masa remaja menjadi masa optimalisasi perkembangan moral. Apabila dibandingkan dengan usia 2 tahun dengan usia remaja, maka usia remaja bisa diajak berdiskusi, tukar pendapat dengan mengacu pada sumber-sumber kebenaran yang ada. Sehingga saat pelaksanaannya, berbeda dengan anak usia 2 tahun yang berperilaku karena adanya award dan punishment, remaja berperilaku karena telah mampu berpikir abstrak dan logis sesuai dengan sumber kebenaran yang ada.
Perkembangan remaja dengan moral yang baik akan tumbuh jika sumber kebenaran yang bersifat absolut, agama, dapat terinternalisasi dengan baik. Nilai absolut mampu memutuskan dengan jelas antara benar-salah, boleh-tidak, dan halal-haram. Keluarga yang jauh dari nilai absolut, agama, akan tampak pemenuhan kebutuhannya tidak holistik seperti keluarga yang hanya mengedepankan nilai-nilai rasionalitas, maka akibatnya akan mudah didera rasa cemas atau stress karena kecerdasan emosinya tidak optimal.
Oleh karena itu sikap yang harus dimiliki remaja, keluarga, dan lingkungan pendukung lainnya terhadap sumber kebenaran adalah arif bersikap mencari kebenaran. Seperti yang dikatakan oleh Al Kindi, “Kita tidak perlu malu untuk mengetahui kebenaran yang datangnya dari siapa saja sumbernya, walau dari generasi dahulu maupun orang asing. Bagi siapa saja yang mencari kebenaran bahwa tidak ada nilai yang lebih tinggi daripada kebenaran itu sendiri”.







Daftar Pustaka

http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Theory_of_reasoned_action&prev=/search%3Fq%3Dattitude%2Bis%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26hs%3DXGx%26sa%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhltu1JW01sJL7uf24rALmmdg2KOg
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation
Surdiasis, Fransiskus, editor. 2006. Demorasi Indoneisa: Visi dan Praktek. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: PT Ghalia Indonesia
Tasmara, Toto.2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani
Tasmara, Toto.2000. Menuju Muslim Kaffah. Jakarta: Gema Insani
Tanu, Suwardi.2002. Pikiran Awal kebahagiaan. Jakarta: PT Grasindo
Atkinson, Rita L. dan Atkinson Richard C. 1983. Pengantar Psikologi. Taufiq, Nurdjannah, penerjemah; Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Terjemahan dari: Introdustion to Pscychology.

Jumat, 01 Oktober 2010

Gak Enak Punya Hati Tanpa Pujaan Hati

Di Musholla pondok Al ‘izzah


Sore hari ini hujan turun cukup lebat meski hanya sebentar sekitar 2 jam. Sepulang dari Perpustakaan IPB, namanya LSI, saya dengan menggunakan payung bergegas menuju tempat fotocopy di jalan sekitar bara. Sempat saya berjumpa juga dengan teman rohis al awwal, nama rohis Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 44, yang juga sedang fotocopy tugas. Pakaiannya tidak jauh berbeda dengan saya, sudah basah terkena air hujan meski telah menggunakan payung.
Pada tengah perjalanan, entah angin apa yang membuat saya berpikir “saya merasa bahwa saya membutuhkan seorang wanita yang bisa menguatkan saya saat keimanan saya turun dan tempat untuk berbagi cerita dengan penuh kehangatan”. Tapi saya sadar bahwa saya masih belum menikah, jadi semua itu hanya angan-angan belaka untuk sementara. Di balik itu, ada pula perasaan yang sangat kuat muncul, ”tapi salah kalau saya saling jatuh hati pada seorang wanita? Apakah salah dengan sebuah perasaan??? Toh, berjalan berdua apalagi pegangan tangan pun tidak akan saya lakukan pada wanita pujaan saya nantinya”. Yaaahhh….. itulah semua yang saya rasakan dengan berbagai perasaan yang campur aduk. Semua kebingungan itu, saya biarkan saja mengalir. Semua perasaan itu, saya biarakan saja mengalir. Toh sampai sekarang saya belum jatuh hati pada wanita.
Akhirnya saya benar-benar berharap bahwa target menikah saya tahun 2013 akan tercapai dengan baik atau bahkan lebih cepat dari target itu. Saya menginginkan sosok wanita yang menggunakan jilbab hingga menutup bagian dadanya; lembut dalam perilaku dan tutur kata; berasal dari keluarga menengah ke bawah karena saya sering kali mendapatkan kesantunan sikap justru dari golongan menengah ke bawah; dan yang terakhir adalah pandai dalam sosialisasi karena orang tua saya menginginkan calon yang pandai bergaul dan tanggap kalau ada masalah. Subhanallah…… Semoga Allah kasih saya kekuatan untuk menjaga iman yang sudah Allah titipkan ke saya ini, amiin.

Kamis, 30 September 2010

Ujian KKP I

Tanggal 29 September kemarin saya mengikuti ujian Kuliah Kerja Praktek (KKP) bersama teman-teman dengan dipandu seorang dosen untuk mengujinya. Ujian kali ini memang disetting santai oleh dosen ini. Pembicaraannya pun jauh dari menghakimi, melainkan sekedar mencari informasi mendalam mengenai kegiatan KKP yang telah teman-teman dan saya lakukan di Kabupaten Kotabaru Kalimantan selatan, lokasi KKP.
Dalam ujian yang dilakukan sekitar 1.5 jam di ruang diskusi ini, banyak hal yang menyadarkan dan membuat saya bersemangat untuk memperbaiki diri. Saya makin memahami tentang kemampuan berbahasa saya dalam menulis yang masih lemah. Saya sebelumnya memang telah mengetahui bahwa saya harus lebih banyak melatih diri melalui menulis. Tapi semuanya butuh proses. Dalam makalah ujian KKP tersebut, dosen menilai memang kemampuan menulis saya lemah. Saya yang pada saat itu juga membaca makalah tulisan tersebut mengakui bahwa tulisan saya masih belum enak dibaca.
Pada ujian tersebut saya hanya bisa mengatakan dengan jujur pada dosen, “iya bu, saya memang mengaku masih lemah dan perlu dilatih untuk kemampuan menulis saya”. Dosen tersebut alhamdulillah memahami kelemahan menulis saya. Beliau hanya menyarankan saya untuk sering membaca buku dan latihan terus untuk menulis. Disamping itu, beliau juga mengatakan bahwa dalam penulisan pasti ada pola Subjek-Predikat-Objek-Keterangan, jadi itu harus diperhatikan saat saya sedang menulis.
Akhirnya, ujian KKP pertama selesai bersama dosen yang memberikan berbagai pelajaran dan semangat baru bagi saya berakhir. Saya sangat berterima kasih pada dosen tersebut yang telah bersikap santun dalam menyampaikan berbagai kesalahan dalam penulisan makalah. Sekarang saya memiliki target untuk membantu saya mengasah kemampuan menulis saya dengan berkomitmen bahwa saya akan selalu menulis berbagai hal setiap hari agar makin meningkatkan kemampuan berbahasa saya.

Sabtu, 25 September 2010

Ketiadaan mutiara keindahan


Kegelapan menguasai hati yang kelam tanpa mutiara indah sosok pujaan hati. Suara lirih hati meronta-ronta mengatakan pada seluruh sendi-sendi tubuh,” Saat ini aku hidup dengan kehampaan. Aroma wangi kekasih ku telah berpulang, sedangkan aku merindukan sosok pujaanku”. Tangisan hati pun menundukkan kepala, lemah tanpa tenaga kehidupan. Mata tajam berbinar yang menyaksikannya pun meneteskan butiran air suci kerinduan yang mendalam karena hanya dialah yang memandang sosok keindahan pujaan hati itu. Mata itu berkata pada hati, “Kekagumanmu adalah bagian dari keterpesonaan diriku. Kesendirianmu adalah bagian dari ketiadaan dirikku menatap keindahan pujaan hati maka kesedihanmu adalah bagian dari kepahitanku juga.”

Mata pun dengan sisa butiran air sucinya berkata pada mulut dengan nada menuntut, “Engkau selalu berkata indah, engkau selalu memuji ketinggian makna cinta yang agung. Perkataan tulusmu pun mampu menembus setiap hati yang haus dengan taman kecintaan. Tapi hingga saat ini, engkau belum pernah sedikit pun menyatakan perasaan dari hati dan keterpesonaanku. Apakah engkau satu bagian dari keutuhan tubuh ini…??? Seakan-akan diammu lambang ketakukan dari sifat pecundang pemuja cinta…!!!” Mulut dengan nada bergetar dan lembut menjawabnya, “Kehadirannya di hadapaku menjadikanku terkunci tanpa kata, justru engkau yang sibuk dengan keterpesonaan dirimu padanya. Aku hanyalah perhiasan yang menemani setiap gejolak keterpanaan dirimu dan kemuliaan cinta yang dirasakan hati. Kebisuanku seperti rembulan yang menjalankan perintah Tuhannya, hanya menerangi dalam kegelapan malam sedangkan ketika siang terbangun maka rembulan tidak akan mampu memberikan sinarnya lagi. Begitu pula denganku yang tidak akan mampu di hadapan pujaan hati.”

Wanita Menawan itu Lagi


Baru saja, aku bertemu dengannya, wanita menawan itu. Keanggunannya memancar seiring dengan jilbabnya yang berwarna coklat tua terjulur lebar. Saat berada di hadapannya, pandanganku sebenarnya telah terkunci dan sulit untuk mengelak keindahannya. Tapi segenap usaha, rasa malu dan degup jantungku yang keras langsung berusaha mengelaknya. Seketika pandanganku yang berlumur kerinduan berjumpa padanya menjadi tersadar.
Wanita itu sungguh indah dipandang. Laksana cahaya penerang dalam keredupan iman. Ketika bertemu dengannya, pandangan wanita itu pun tanpa berkedip menatapku tajam. Entah karena mungkin ingin memakan pandanganku yang liar ini atau kah dirinya juga merasakan degup jantung ini. Pertemuan pendek ini, benar-benar membuatku terkesima.
Siapakah namamu hai wanita menawan hatiku? Pertemuan dengannya selalu memyisakan bayangan penderitaan bagiku. Bayangan wanita itu menggelayut dalam dahan-dahan hatiku. Sungguh engkau telah membelenggu hatiku ini.
Kali ini, aku akui kekagumanku pada wanita menawan itu. Diam lisanku yang tanpa tegur sapa adalah ketertegunan akan keindahannya. Tertunduknya padanganku adalah isyarat hatiku yang tunduk hormat dihadapannya. Wahai wanita menawan…… Dengarkanlah bait-bait hatiku yang tertulis ini. Maka, seketika kau akan paham akan penderitaan hatiku.

Kelalaian Pintu Masuk Kehinaan

Kehinaan makhluk saat dirinya berada dalam ketidakterkendalian diri. Mata hatinya tidak mampu menatap keindahan tabir illahiah karena tertutup hijab antara keimanan hatinya dengan Allah ‘azza wajalla. Langkah kehidupannya pun menguntit makhluk laknatullah. Padahal Allah ‘azza wajalla telah memberikan titah suci padanya,
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan…” (An nur: 21)

Engkau berbohong dalam lisan, “aku mencintaiMu, Allah..”. Lisanmu saja kering dari menyebut mensucikan Allah ‘azza wajalla. Sudah banyak karunia yang engkau makan tapi sering engkau menggunakannya dalam kehinaan. Engkau Lalai…!!! Nikmat waktu yang Allah ‘azza wajalla berikan, engkau gunakan memandang makhluk yang bukan muhrimmu dengan penuh pikiran kotor. Kekuatan jahat masih bercongkol di hatimu. Jangan engkau mengaku ahli ibadah sebelum lisanmu basah dengan tasbih. Ikatlah amalmu dengan keyakinan yang berjalan beriringan firman Allah ‘azza wajalla,
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al ahzab: 41-43)

Senin, 19 April 2010

Bahaya artikel dialog "Allah dan Makhluk".

Masih ingat saat TPB, sempat tergabung di rohis kelas. Rohis kelas saya namanya “al Fath” yang artinya kemenangan. Nama ini menyiratkan untuk kita, temen2 rohis, semoga Allah melimpahkan kemenangan untuk menjalankan amanah di rohis ini selama 1 tahun sekelas bersama. Anggotanya terdiri dari orang2 yang handal. Selama 1 tahun kita bersama

Kegiatan2 rohis al fath, alhamdulillah, tergolong aktif. Seperti umumnya kegiatan rohis lainnya, yakni salah satu programnya adalah pembuatan bulletin. Pada saat itu, dalam bulletin yang menarik yang kita buat ada bagian artikel yang memuat perkataan Allah yang sedang menanti manusia untuk beribadah bertemu dengan-Nya. Perkataan-Nya seperti ini “Allah berkata: ‘Aku selalu menunggumu pada pagi hari dengan berharap agar engkau menjumpaiku melalui sholat subuh tapi engkau telah melupakanku dengan tidur pulas. Pada siang hari juga aku menunggu engkau untuk menjengukku melalui sholat dzuhur tapi engkau telah melupakanku dengan kesibukan kalian masing2……dst.”.
Saat ini juga sering kita temui artikel2 yang sejenis tapi lebih GILA lagi, isinya tentang dialog antara Allah dengan manusia. Seperti dialog, “Manusia berkata: ‘Ya Allah bebaskanlah aku dari api neraka’. Kemudian Allah menjawab: TIDAK, engkau tidak pernah membaca firmanku dalam al Qur’an. Berarti engkau tidak mencintaiku”.
Baiklah teman2, mari kita analisis jenis artikel yang berisi dialog antara ALLAH dan manusia. Ini permasalahan aqidah, jadi sangat berbahaya apabila tidak segera diluruskan. Akibatnya bisa jadi kita melakukan syirik pada Allah. Berikut kejanggalan2 dalam artikel jenis tersebut:

1. Manusia / penulis berlagak Sok tau apabila Allah ditanya seperti itu akan menjawab seperti itu. Padahal dalam al Qur’an surat al baqarah: 216 “ ….Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Jadi jangan SOK tau deh….^^.

2. Allah terkesan yang berharap pada manusia. Padahal Allah yang berkuasa atas manusia, seperti dalam surat al kahfi: 39 “……tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”. Seharusnya yang berharap adalah manusia, bukan Allah yang berharap diibadahi. Dalam al Qur’an surat as sajdah: 16 “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap,…”. Allah itu Maha Kaya dan gak akan berkurang kekayaan dan kemuliannya bila tidak diibadahi oleh makhluk.

3. Dialog antara Allah terhadap manusia tersebut bukan firman Allah dalam alqur’an ataupun hadits.

4. Kemudia apabila ada yang memberikan alasan “khan hikmahnya banyak..????”. Teman2, inti dari berislam adalah Aqidah. Jika Aqidah kita tidak benar maka akan termasuk orang yang sesat seperti Syeikh ibnu taimiyyah menyesatkan kelompok jabariyah (tidak perlu berusaha karena semua sudah ditentukan Allah) dan Qadariyah (perbuatan hamba tidak masuk dalam kekuasaan dan keinginan Allah). Hikmah boleh diambil dari mana ja, asalkan tanpa nginjak2 Aqidah. Itu prinsip yg harus dipegang dan gak da alasan apapun yang bisa dibenarkan kl dah nginjak2 Aqidah. Perbedaan kita (muslim) dengan non-muslim adalah Aqidahnya. Makanya untuk masalah Aqidah, Allah bener2 nekankan dalam surat al kafiruun 6: “untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. Jadi Aqidah gak boleh ditukar dan gak boleh ditinggalkan.


Akhir kata, saya ingin katakan bahwa islam adalah agama yang memiliki dalil. Silahkan bagi yang tidak setuju dengan pendapat saya untuk memberikan dalilnya yang mendukung jawaban teman2 nantinya, jadi bukan sebatas logika. Senang bisa berbagi dengan temen2.
Terimakasih. Waslm.

Islam Bukan Agama Persamaan tapi KEADILAN

Banyak kita jumpai perhatian yang besar dari seorang ibu kepada anak anaknya. Saat pembagian kue, biasanya anak anak sering bertengkar agar sebagian dapat porsi yang lebih besar. Anak anak sering ngeluarkan perkataan atau bahkan perilaku yang tidak seharusnya, memukul atau pun mecubit. Ibu biasanya berkata ke anak anaknya : “ ayo dibagi sama rata biar gak tengkar / tukaran…”. Kali ini mari kita tinjau dalam konteks islam mengenai konsep persamaan.


Allah memberitahukan dalam al qur’an surat al hujurat 9 “…Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. Syaikh Muhammad al utsaimin memberitahukan dalam kitab syarah aqidah al wasithiyah bahwa Allah telah melimpahkan bermacam-macam nikmat kepada kita, maka sungguh adil jika kita bersyukur kepada-Nya. Allah juga telah menjelaskan kebenaran kepada kita, maka sungguh adil jika kita mengikuti kebenaran itu.


Posisi ibu yang berkata “ayo dibagi sama rata kuenya” tadi, sebenarnya merupakan wujud ikhtiar dalam untuk menciptakan keadilan untuk anak-anaknya. Rosullah saw bersabda “Takutlah kepada Allah dan berlaku adillah diantara anak-anak kalian” (HR Al Bukhari). Namun, Sekarang yang jadi pertanyaan yakni “APAKAH ISLAM ADALAH AGAMA PERSAMAAN???”.


Syaikh Muhammad al utsaimin berkata bahwa tidak ada sama sekali dalam al qur’an, Allah memerintahkan persamaan. Islam adalah agama keadilan, yaitu menggabungkan dua hal yang sama; dan membedakan dua hal yang berbeda KECUALI JIKA YANG DIKEHENDAKI DENGAN PERSAMAAN ADALAH KEADILAN.
Ayat-ayat al Quran yang menafikan (meniadakan) persamaan yakni
“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’” (az zumar 9)
“Katakanlah, ‘Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang…” (Ar Ra’d 16)
“Tidak sama diantara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (mekkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu).” (Al Hadid 10)


Jadi sekarang kita memahami bahwa makna keadilan lebih luas daripada makna kesamaan (penyetaraan). Itulah islam yang bersifat universal, menyeluruh. Memerintahkan keadilan dengan tanpa menutup kemungkinan untuk persamaan. Maka, keadilan bisa bermakna perbedaan dan persamaan. Sehingga ISLAM BUKAN AGAMA PERSAMAAN TAPI AGAMA KEADILAN.

Kamis, 28 Januari 2010

Segmentasi Pendidikan

Banyak data yang telah menunjukkan dampak dari pendidikan yang masih tersegmentasi. Hal tersebut dapat diperhatikan dari para pelaku kenakalan banyak dilakukan oleh para siswa. Ada hal yang perlu dikritisi berkaitan dengan permasalahan. Akar permasalahan kasus kenakalan siswa tersebut terletak pada seperti membolos kuliah, pembunuhan hingga hubungan seksual, didasarkan pada lemahnya pemahaman karakter. Akhirnya berujung pada kesimpulan bahwa nilai-nilai karakter adalah relatif.
Berbagai kenakalan yang dilakukan oleh siswa seperti membolos kuliah, pembunuhan hingga hubungan seksual, didasarkan pada lemahnya pemahaman karakter. Ketika berbicara karakter maka kita akan mendapatkan nilai absolute dan relatif. Kedua nilai tersebut akan tampak jelas ketika alat ukur yang digunakannya juga baku dan universal, yakni agama.
Secara legislatif dalam undang-undang memang tidak tampak bentuk segmentasi pendidikan tersebut antara agama dan keilmuan lainnya. Secara kontekstual dalam UU no.20 tahun 2003 pasal 1 yang berisi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”, Kemuadia pada pasal 3 yang berisi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Kemudian pada pasal 37 ayat 1 dan 2 yang telah menempatkan pendidikan agama pada pendidikan dasar, menengah dan tinggi pada urutan pertama sebagai kurikulum yang wajib ada. Namun dalam tataran eksekutif, yakni pengajaran, akan terlihat benar posisi agama sebagai sumber yang absolute dan universal telah dipisahkan. Porsi yang diberikan pada pendidikan sekolah tidak seimbang dengan mata pelajarannya lainnya.
Pengajaran yang dilakukan sekolah negeri tidak menyeluruh, terutama menyentuh nilai-nilai agama dan memiliki mata pelajaran yang terlalu banyak. Mata pelajaran yang diberikan guru tersegmentasi, antar mata pelajaran tidak saling berkorelasi. Mata pelajaran yang bersifat subject matter juga makin merumitkan permasalahan karena para siswa tidak melihat keterkaitan sata mata pelajaran dengan lainnya, serta tidak relevan dengan kehidupan nyata. Hal ini didukung oleh hasil penelitian C.J. Bonk dkk. Yang dikutip oleh Toge Aprilianto (2008), bahwa sangat mungkin masalahnya adalah siswa tidak melihat adana hubungan antara pengalaman kesehariannya dengan konsep atau topic pelajaran di sekolah. Dampak dari ini, menurut R. Megawangi (2005) akan menjadikan manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak. Anak didik terkesan hanya akan dijadikan pemikir bukan pekerja. Padahal bila melihat pada Negara jepang, merujuk kutipan dari R. Megawangi dkk. (2005), bahwa hanya anak didik yang memiliki intelektual diatas 115 bisa menempuh pendidikan sarjana, sehingga jumlahnya berkisar 10-15% dari total siswa sekolah Negara jepang. Tujuan pendidikan akhirnya terjadi disfungsi orientasi yang awalnya membentuk individu yang beriman dan bertakwa menjadi orientasi membentuk individu yang padai secara kognitif. Banyak siswa yang dipaksa menghafal berbagai pelajaran tanpa adanya penghayatan yang dapat menumbuhkan kegairahan belajar untuk mendalami materi lebih dalam.
Berbagai kesalahan dalam pengajaran yakni hanya berpusat pada guru, bukan murid, dan komunikasi satu arah. Siswa hanya menerima materi dari guru tanpa bersikap aktif. Perilaku siswa yang membolos dari sekolah terjadi karena adanya pemisahan agama yang sebagai sumber nilai karakter dengan mata pelajaran lainnya. Sehingga nilai karakter yang seharusnya diinternalisasikan dan menjadi kebutuhan siswa menjadi tidak berhasil dengan optimal. Oleh karena itu, orang tua siswa biasanya mencari sekolah swasta. Orang tua siswa mencari pengajaran yang dinamis, tidak pengajaran seragam dan formal. Maka ini yang menjadikan kualitas pendidikan sekolah negeri yang formal terkadang dijauhi oleh para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya.